Komisi Gratis | Bisnis Online Tanpa Modal
Perjalanan hidup seorang manusia yang semuanya berawal dari mimpi dan harapan. Harapan untuk menjadi yang terbaik diantara yang terbaik. Harapan untuk mendapatkan cita dan cinta. Harapan dan keinginan untuk tidak dipandang sebelah mata. Yaaaa... semua ini berawal dari mimpi. Wujudkan sejuta impian dengan suatu kekuatan dari dalam jiwa untuk bangkit dan terus maju dalam menatap masa depan.

Senin, 03 Oktober 2011

Kisah Si Ibu Pengemis

Di sebuah desa, hiduplah seorang janda miskin dengan anaknya. Ia bertekad menyekolahkan anaknya walau perekonomiannya morat-marit. Saat anaknya akan masuk ke SMU yang biayanya adalah 30 kg beras per bulan, si Ibu menderita sakit rematik yang parah. Itu artinya, dia tidak bisa lagi bekerja di sawahnya. Melihat keadaan itu, si anak mengurungkan niatnya untuk melanjutkan sekolah, namun ibunya memaksa dia.

" Jangan kuatir, kalau Ibu sudah melahirkan kamu, Ibu pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepat daftarkan dirimu, nanti berasnya akan Ibu antar. " katanya meyakinkan putranya.

Sang Ibu memutar otak, memikirkan darimana ia akan mendapatkan beras 30 kg setiap bulannya. Rasanya mustahil, tapi tekadnya sudah bulat. Beberapa waktu kemudian, ia datang ke sekolah dengan memanggul segoni beras dan menyerahkan beras itu kepada pihak sekolah. Setelah memeriksa beras itu, pengawas yang bertugas terlihat kecewa.

" Kalian para wali murid suka berbuat curang. Lihat... *sambil menunjuk beras yang dibawa si Ibu* berasmu dicampur gabah." katanya dengan ketus. Ibu itu hanya bisa tertunduk malu dan berulang kali meminta maaf kepada pengawas tersebut.

Tak terasa sebulan berlalu begitu cepat, awal bulan berikutnya si Ibu kembali ke sekolah itu sambil memikul segoni beras dan ia mendapatkan perlakuan yang sama. Dan di bulan yang ketiga, ia kembali dipermalukan.

" Anda ini bagaimana??? kenapa masih membawa beras dengan kualitas yang sama??? Bawa pulang saja beras ini !!" kata si pengawas itu ketus.

Dengan berlinang airmata si Ibu itu berlutut di depan si pengawas. " Maafkan saya, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis.Saya menderita penyakit yang parah, sehingga tidak bisa mengerjakan sawah kami. Setiap pagi, dengan bantuan tongkat, saya berjalan ke kampung sebelah untuk mengemis. Saat hari sudah gelap, pelan-pelan saya kembali kerumah. Dan pada awal bulan, semua beras yang terkumpul saya serahkan ke sekolah ini, " katanya sambil menunjukkan kakinya yang sudah mengeras.

Seketika itu, si pengawas terharu, hatinya berempati dan ia minta ijin untuk melaporkan kejadian itu kepada kepala sekolah. Namun, ibu itu menolak dan berkata, " Jangan , kalau anakku tau bahwa ibunya mengemis untuk biaya sekolahnya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Saya takut itu akan mengganggu pikirannya. "

Pada akhirnya masalah ini diketahui oleh kepala sekolah, sehingga anak itu mendapat beasiswa sampai ia lulus dengan prestasi terbaik. Di hari perpisahan, kepala sekolah sengaja mengundang si Ibu itu duduk bersamanya, sementara di atas panggung ada tiga goni beras. Kepala sekolah tersebut pun naik ke panggung dan menceritakan kisah si ibu pengemis sambil mengundang ibu itu maju kedepan.

" Inilah ibu berhati mulia itu," kata kepala sekolah itu dengan bangga.

Mendengar pengorbanan ibunya yang sangat besar, si anak berlari ke panggung dan memeluk ibunya dengan erat. Dari mulutnya berulang kali terucap, " O...Ibu...."


Sungguh, besarnya kasih sayang ibu tak dapat diukur. Ia rela menderita, bahkan mengorbankan hidupnya asalnkan anak-anak yang disayanginya bisa berhasil dan berbahagia.


Special for. IBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar